Notification

×

Cerita Pendek "PENGHUJUNG RAMADHAN" Karya:Muhamad Ibnu Hasan

Sabtu, 13 April 2024 | 22.08 WIB | 0 Views Last Updated 2024-04-13T15:08:01Z

M. Ibnu Hasan Al Ghifari


LPM SKOLASTIK -
Cerita pendek karya Muhammad Ibnu Hasan Al Ghifari atau yang biasa kita kenal dengan Hasan. Lahir di Purwokerto, Banyumas pada tanggal 29 Juni 2003. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab semester VI C yang kini sedang aktif mengikuti organisasi Ekstra PMII sebagai anggota Biro Kaderisasi PMII Rayon Tarbiyah, DEMA Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 2024/2025 dan Sebagai Ketua HMPS PBA UIN Salzu Purwokerto periode 2023/2024. Berbekal pengalamannya di organisasi dan hobinya menulis.

Hari demi hari telah berlalu, suara lantunan bilal tarawih di masjid pun telah menggema di telinga sehingga bacaan demi bacaan sudah tertanam di benat pikiran yang membuatku menjadi mudah untuk melafalkan. Di tengah lamunanku berdesis pikiranku sesaat yang tiba tiba terpikirkan tentang ramadhan yang kedatangannya dinantikan banyak orang dan kepergiannya membutuhkan waktu yang panjang. Di tengah lamunanku tiba tiba aku di kagetkan dengan suara yang sudah biasa aku dengar. Yaaakk... Suara Ibuku. "Ada apa Nak kok melamun?".
Tanya Ibuku sambil menepuk pundakku dari belakang. "Eeee... Ini Bu Aku sedang memikirkan tentang ramadhan yang tidak lama lagi akan meninggalkan kita". 
Jawabku dengan nada sedikit terbata bata karena kaget. "Ooo... Itu... Ibu juga memikirkannya Nak, tak terasa sudah hampir genap 1 bulan kita berpuasa dan tak terasa juga syawal akan menjemput kita. 
Jawab Ibuku. "Kenapa sih Bu bulan yang mulia ini berjalan terlalu cepat dan tau tau sudah mau syawal aja". 
Tanyaku dengan penuh penasaran. "Sebenarnya semua itu tergantung kita masing masing Nak, kalau kita senang dan bersyukur atas nikmat Allah di bulan ramadhan, bulan ini akan terasa lama karena di setiap detiknya ada kesempatan untuk kita beribadah, begitupun sebaliknya jikalau kita merasa ramadhan ini cepat berlalu berarti ada yang kurang dari ibadah kita". 
Jawab Ibuku sambil tersenyum dan mengusap rambutku. Tak banyak kata kata lagi yang keluar dari mulutku tuk menanggapi perkataan Ibuku yang sudah membuatku sadar dan mengerti tentang keistimewaan ramadhan ini, hanya kata kata, "Semoga kita dipertemukan kembali dengan ramadhan yang suci ini". Sembari tersenyum Ibuku menjawab, "Ya semoga saja ya nak". ***